Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

MERECUPLAH NOVEMBER

Gambar
        Oleh : Ona Kobo Dentuman lonceng gereja bergema Alarm membangunkanku Kicauan burung di balik jendela Fajarpun mulai menyingsing di ufuk timur Kala itu kabut pekat mengelabui Beralunkan musik sendu Aku sadar november menghampiri Senada november bersemi Gunung musim yang ku daki kian memuncak Indahnya dan lelah t'lah kutemui Senyum indah membalut Menapaki janji yang akan ku gengam erat Catatan pada kertas kusam hampir selesai Merangkai kata demi kata pada serpihan waktu Goresan kasihNya tertoreh antara selipan sajak Namun, Terkadang bercucur air mata dan keringat pada kelopak Curahan peluh pada kening Bersemilir bersama angin musim November bersemi,Terima kasih Tuhan

OKTOBER TIDAK KEMBALI

Gambar
               Oleh: Ona Kobo Lukisan tinta pada kertas putih di bulan Oktober Menjadi belahan nalar yang merana Di kesunyian panas yang membara Membakar jiwa hingga afeksi pun tak terbentuk Abjad-abjad mati membentuk kalimat Menghiasi Oktober yang sedang berkisah Menganyam kata menjadi syair indah Mewarnai naluri dari kehampaan Bulan ini menyaksikan daun berguguran Keheningan memandang pepohonan merana Goresan puisi pada kertas kusam mengisi ruang rindu Hingga menemukan makna di balik kata Namun pada penghujung, pekatnya Gegana menyelimuti Hingga buliran rinai menguyur tanpa sisa Genangan membendung hingga terbiasa kenangan Kembalilah Oktober pada peraduanmu Naluri terusik, seakan merindu Tetapi kita tak'kan pernah bersua Mungkin dalam balutan kasih yang sama Namun dalam rajutan waktu yang berbeda

MEMELUKMU DALAM MIMPI

Gambar
                        Oleh: Ona Kobo Di rembulan malam nan pekat Gemintang tertutup olehnya Tiada taburan manik di cakrawala Kutatap dengan penuh rindu Pada kesunyian malam  Kupinta peluk pada rembulan Tapi mimpi hanyalah mimpi Semua sekedar fikti belaka   Apa mimpiku akan nyata? Hadirmu mengusik nalar dan naluri Oh rembulan, p eluklah dia Yang sedang berkelana bersama angin sepoi Kutitipkan d alam pinta doaku Di setiap tetes tirta yang mengalir Agar kelak memahami Bahwa aku terhipnotis dengan mimpi ini.

PART II_MARIA YONARTA ALBERTA KOBO

Gambar
         Oleh: OK M eniti jalan sunyi dalam keramaian, A ngin sepoi menyapa lembut hati, R iang menyelimuti jiwa yang tenang, I ndahnya sabar dalam setiap langkah, A ku hadir tanpa ingin membebani. Y ang terucap adalah ketulusan, O mbak perasaan ditenangkan, N iat baik selalu terjaga, A rah tujuan tak pernah goyah, R indu hanya untuk kedamaian, T anpa harap balas balik. A ngin malam pun tahu, L angkahku bukan untuk mengusik, B ersama bintang, aku berdamai, E ratkan ikatan tanpa beban, R uang hati tetap bersih, T ak ingin merepotkan, hanya memberi. A ku adalah sahabat setia, K an selalu ada dalam senyap, O leh cinta yang tulus, B ersama dalam harmoni, O rang lain, tak perlu khawatir

SE-PER TIGA MALAM

Gambar
      Oleh : Ona Kobo Di bawah dinding cakrawal Tertempel rembulan besar dan beribu bintang Di se-per tiga malam yang dingin ini Berilusi bersama sang bayu Melintasi kepekatan lorong realita Aku tak mampu bersua pada kepekatan  Haruskah aku memilikimu? Menentang realita yang sebatas ilusi Namun, pada se-per tiga malam ini T'lah ku pinjam namamu Menyatukan dalam keutuhan bersama alam Dalam Dia ku pinta tentang namamu Rembulan, bintang dan sang bayu Menerima namamu atas namaku Rindu ini ku titipkan pada mereka Se-per tiga malam ini Hati bergejolak akan nama ini Berilusi tuk menembusi realita Dingin menikam tubuh mungil Berlari dan terus saja berlari Menyalakan api harapan di bawah dinding cakrawala Menghangatkan tubuh di sepertiga malam Mendekap dalam keheningan  Antara aku dan Dia Menemukan diri yang di sebut sang misterius.

ATMOSTER MELODI

Gambar
                   Oleh: Ona Kobo Berhamburan bersama keping-keping waktu Bertumbuh dalam kekejaman masa Tubuh di paksa berhenti tanpa ampun Haruskan aku terpaut bersamanya? Atmosfer melodi mulai menghipnotis Hingga terobsesi untuk tidak beradu Langkah kecil selalu memulai tanpa tertambat Menyusuri tiap lorong tanpa larang Ritmis itu masih saja membekas Namun syairnya telah sirna terbawa sang bayu Sekejap kepekatan merenggut habis tanpa sisa Aku mulai terkecoh di antaranya Cahaya itu datang menerangi jejak yang tertanggal Aku mulai terbuai dengan alunan sendu melodinya  Alkisah usiaku berkecambah bersama rirtmis nya.

SEPERDUA TAK BERORASI

Gambar
        Oleh: Ona Kobo Dalam dekapan pekatnya malam tak berbintang Pada seperdua malam, Berbalut suka menyelimuti duka Tetaplah pada kesendirian tanpa terbuai pada pekatnya Berpelukan sayup angin malam nan mencengkram Bersandar pada tiang yang kian lapuk Entahlah. Akankah tetap kokoh atau ambruk? Sudahlah tetaplah bersamaku ranting kering Aku tak tahu harus kemana tuk berkelana Langkah seakan terhenti oleh pekatnya karena rembulan pada seperdua tak berorasi Bolehkan kau singga tuk sebuah kesungguhan? Ah.  Jangan terbuai puan Rasi tak'kan hadir tuk memperindah harapanmu Tiadakan bersama pekatnya Biarlah kesendirian yang membalut afeksi yang infeksi Oh Tuhan. Ijinkanlah rembulan  Tuk memancarkan sinarnya membawa kembali fatamorgana yang berkelana Dalam pekat puan terus merindu tanpa di rindu

Pendalaman APP KA_Keadilan Ekologis Bagi Semua Ciptaan_Metode BSA

Gambar
Tema: Keadilan Ekologis Bagi Semua Ciptaan Peserta : Siswa-siswi SMA Katolik Warta Bakti Kefamenanu Sarana  : 1. Kitab Suci                 2. Salib                 3. Lilin Waktu   : 45 menit Metode : BSA_Offline Tempat : Ruang kelas    "Keadilan Ekologis Bagi Semua Ciptaan" Tujuan  :  1.Agar peserta sadar memelihara lingkungan supaya terciptaan keadilan ekologis  2. Agar peserta dapat menjaga lingkungan sekitar Teks Kitab Suci: Matius 6:25-34 Proses Kegiatan Katekese I. Pendahuluan 1. Kata Pengantar   Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, kehidupan realitas pasti saja kita menemukan kata keadilan dan ekologis. Keadilan adalah seimbang dan tidak berat sebelah sedangkan ekologis adalah lingkungan sekitar. Dalam gereja Yesus menginginkan agar kita semua ciptaan mendapatkan keadilan dalam berinteraksi dengan damai dan adil. Maka, perlu  manus...

LOYALITAS PRIMADONA

Gambar
         Oleh : Ona Kobo Berpusat di angkasa kelam Sang primadona bersama rembulan Menerobosi gegana pekat dalam hening cipta Bisikan angin sepoi mengiringi fragmen angkasa Pusaran waktu kian menyelam Menguntil sang primadona Ego seakan membeku pada sukma Semilir tirta menetes lebat Tatapan penuh makna sang primadona Kalbu terbungkam awan kelabu  Ego lari terbirit menyelinap diantara mereka Mengintip pada kejauhan kasat mata Loyalitas primadona memicu kecanggungan Tinta hitam tertoreh pada lembaran baru Kebisingan tersamar oleh kelamnya malam Tirta masih deras membasahi pipi Oh Tuhan Perdebatan hebat mengelabui nalar Kalang kabut menghantui egoku Haruskah aku resah?.

REALITA KEHIDUPAN

Gambar
                 Oleh: Ona Kobo   Ada kisah tak seumpama pada kehidupan kita. Ada langkah yang di paksa bergerak meski kaki belum mampu berdiri tegak. Ada punggung yang di paksa menaggung walau bahu belum memiliki keseimbangan dan sayap yang di paksa terbang meski rapuh karena dipatahkan.  Tidak telerai, untaian air mata yang terurai, tak lagi terwadah, selaksa gundah dan resah.  Bahkan ada penggalan-penggalan cerita yang tak berujung resolusi.  Saat itu terjadi, kita hanya bertopeng bahagia untuk tabir jiwa yang teraniaya. Menuang nestapa dalam bait-bait aksara.    Berharap sempurna, rasa menyapa walau hanya sekejab netra. Pemilik kisah tak sempurna, bukan berarti kita tak mampu menggengam semesta, karena setiap dari kita adalah bintang. Bintang itu akan terlihat saat langit lalui kelam.         Matahari dan rembulan tidak sejalan, karena  masing-masing berada di dua sis...